TEKS BERJALAN

WELCOME ON MY BLOG, SELAMAT DATANG PARA PENGUNJUNG, SELAMAT MENIKMATI SAJIAN ISTIMEWA KAMI, SEMOGA PUAS

Digby Mercher

Digby Mercher
The Principal of COMO SHS Perth

07 Juli 2009

CEGAH PENULARAN HIV/AIDS DENGAN TRANSMISI SEKS TERKENDALI

CEGAH PENULARAN HIV/AIDS
DENGAN TRANSMISI SEKS TERKENDALI

Oleh : Diwarman, S.Pd, M.Si
Guru SMA Negeri 2 Batusangkar


Bocah bernama Butet dirawat di Rumah Sakit Pirngadi Medan karena tertular HIV/AIDS dari ibunya ketika masih dalam kandungan. Menurut laporan Khairul Ikhsan dari Detik News 30 April 2009, bahwa kondisi Butet sangat memburuk, dia hanya bisa meringis kesakitan. Di sekujur tubuhnya terdapat bintik-bintik merah, mual dan diare.
Selain itu, ibu dan ayahnya telah lebih dulu meninggal direnggut oleh HIV/AIDS pada tahun 2008. Sekarang tinggallah Butet yang sakit-sakitan dan bersatatus anak yatim piatu.
Berita dari Medan ini sangat menyayat hati kita. Tidak hanya itu, sebelum Butet masuk rumah sakit ini ternyata sudah ada lima orang pasien HIV/AIDS yang juga sebaya dengan Butet. Penderitaan yang mereka alami hampir sama dengan Butet. Nah, kalau telah terjadi hal seperti ini, siapakah yang salah? Butetkah? Tidak mungkin. Atau ayah dan ibunya? Lebih dari itu, bahwa penularan HIV/AIDS sudah sangat kompleks. Dan yang menjadi korban justru orang-orang yang tidak ada urusannya dengan kegiatan yang menyebabkan penularan HIV/AIDS, seperti bocah Butet beserta kelima temannya yang sekarang dirawat di Rumah Sakit Pirngadi Medan.


Inilah yang membuat kita prihatin. Mengapa anak-anak yang menjadi korban? Mengapa orang tua mengorbankan anak-anaknya? Pertanyaan ini sulit dijawab, karena itu pemerintah bersama masyarakat haruslah bersama-sama mencegah penularan HIV/AIDS ini.
Kasus dari Medan itu, bukanlah satu-satunya kasus di Indonesia. Kasus seperti di Medan ini juga terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia. DKI Jakarta hampir setiap tahun selalu rekor dengan jumlah kasus HIV/AIDS-nya, kemudian posisi kedua terbanyak diikuti oleh Propinsi Jawa Barat, posisi ketiga oleh Papua, keempat Jawa Timur. Propinsi Bali, NTT, Kalimantan, Sumatera Utara dan hampir setiap propinsi di Indonesia melaporkan terjadinya peningkatan jumlah kasus setiap tahunnya.
Data perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dari Tahun 1987 sampai Januari 2009 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.


Sumber Data : Ditjen PP dan PL Depkes RI

Sejak tahun 1987 sudah terdapat data kasus HIV/AIDS di Indonesia. Perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS terus menaik, meski lambat sampai tahun 1998. Tetapi perkembangan jumlah kasus ini bertambah dengan cepat mulai tahun 1999 sampai tahun 2002. Mulai tahun 2003 sampai tahun 2009 perkembangan jumlah kasus meningkat sangat cepat seperti dapat kita lihat pada grafik di atas.
Jumlah kasus HIV/AIDS tahun 1987 hanya empat kasus. Sepuluh tahun kemudian yaitu tahun 1997 menjadi 127 kasus. Pada tahun 2009 (Januari 2009) jumlah kasus telah mencapai 5.458 kasus. Lima tahun ke depan diperkirakan jumlah kasus akan berlipat menjadi 27.290 kasus jika tidak ada usaha pencegahannya. Dan ini adalah bagian puncak dari fenomena gunung es. Sungguh suatu kenaikan yang luar biasa. Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi dengan generasi bangsa Indonesia jika ini tidak segera dihentikan. Generasi muda bangsa ini akan hancur dan tentu saja bangsa ini akan terpuruk makin dalam.
Menanggapi pertambahan jumlah kasus yang sangat cepat itu, apakah yang harus kita lakukan? Kita harus menghentikan laju pertambahan kasus HIV/AIDS ini. Menghentikannya dengan cara pencegahan jauh lebik dari pada pengobatan, karena sampai hari ini belum ada obat dan vaksin yang tepat untuk penderita HIV/AIDS. Tetapi agar dapat mencegahnya, masyarakat harus mengetahui lebih dahulu tentang cara penularan virus HIV itu. Salah satu cara penularan HIV/AIDS adalah dengan transmisi seksual. Apakah transmisi seksual itu dan bagaimana mencegah penularan HIV/AIDS secara transmisi seksual?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, marilah kita lihat latar belakang mengapa diperlukan program Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual (PMTS). Beberapa hal yang menjadi latar belakang diperlukannya program pencegahan HIV melalui PMTS adalah prevalensi gonore dan kalmidia di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia, penggunaan kondom yang inkonsisten, resistensi obat gonore, kepatuhan menghabiskan obat klamidia rendah, penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual) meningkatkan resiko terinfeksi HIV, dan yang sangat penting ternyata menurut sebuah penelitian penularan virus HIV 53,2 % adalah melalui transmisi seksual, dan hanya 34,4 % melalui jarum suntik (Berita Bali.Com ).
Menurut Yayasan Rureka Indonesia setidaknya ada empat elemen kunci agar PMTS dapat berjalan komprehensif. Pertama, komunikasi perubahan perilaku. Dalam konteks program PMTS, perubahan perilaku yang diharapkan adalah perilaku seksual yang tidak beresiko tertular HIV dan perilaku selalu mencari layanan kesehatan yang benar. Kedua, penguatan pemangku kepentingan setempat, misalnya kepemimpinan, kebijakan lokal, perda, keterlibatan pemilik wisma, mucikari, dan lain-lain. Ketiga, pengelolaan kondom dan pelicin. Tujuannya adalah menjamin agar kondom dan pelicin selalu tersedia dan terjangkau dalam jumlah yang cukup di lokasi. Untuk itu perlu ada persiapan dan pengendalian kebutuhan, manajemen pengadaan dan pamasokan, manajemen penyimpanan, pendistribusian dan mekanisme promosi ke pelanggan. Keempat, skrining dan layanan.
Selain empat elemen di atas, PMTS akan dapat berjalan lancar jika masyarakat mengenal STD. STD atau Sexual Transmitted Diseas adalah penyakit kelamin yang dapat menular melalui hubungan seks. Beberapa macam penyakit yang tergolong STD adalah ghonorrea, chlamidya, shiphilis, herves, dan HIV/AIDS. Pada umumnya penyakit-penyakit ini ditransmisikan melalui hubungan seks dalam bentuk cairan seksual dan virus, bisa juga ditransmisikan melalui darah atau bisa juga dari ibu ke bayinya. Sekarang kita fokuskan pembahasan kepada transmisi virus HIV/AIDS.
Membicarakan transmisi HIV/AIDS berarti kita harus mengenal istilah HIV dan AIDS. AIDS berarti Acquered Immune Deficiency Syndrome yaitu melemahnya sistem kekebalan tubuh bila virus masuk ke dalam tubuh seseorang. AIDS disebabkan oleh virus HIV. HIV berarti Human Immuno Deficiency Virus, yaitu sejenis virus yang masuk ke dalam tubuh seseorang melalui darah atau cairan seksual.
Setelah mengenal kedua istilah itu, kemudian timbul pertanyaan, bagaimanakah virus ini bisa ditransmisikan hingga masuk ke dalam tubuh seseorang? Menurut Marta Garcia Gomez dan kawan-kawan bahwa HIV/AIDS dapat ditransmisikan dengan beberapa cara yang berbeda. Pertama, ”Sexual Transmitted Way”. Transmisi dengan cara ini bisa disebabkan oleh seks oral dan seks vaginal. Kalau terjadi irritasi dan imflammasi pada kulit tipis, maka akan lebih mudah mengidap penyakit ini. Selain itu seks anal adalah juga cara penularan yang paling gampang. Dijelaskan juga bahwa berciuman dan masturbasi tidak mentrasmisikan virus HIV/AIDS. Kedua, ”Blooded Transmitted Way” yaitu transmisi virus HIV melalui darah karena menggunakan jarum suntik pada pengguna narkotika dan transfusi darah. Meskipun dikatakan bahwa donor darah tidak mentransmisikan HIV, kita harus hati-hati juga bila mengikuti transfusi darah. Percayakan transfusi darah anda kepada dokter ahli yang profesional dan mengerti betul tentang penularan virus HIV. Ketiga, ”Mother-Son Transmitted Way” yaitu transmisi virus HIV ini berlangsung ketika bayi berada dalam kandungan melalui plasenta. Transmisi ini dapat juga melalui air susu ibu (ASI). Sangat dianjurkan ibu yang menderita AIDS tidak memberikan ASI ke bayinya untuk mencegah transmisi HIV. Dan jika isteri positif terinfeksi AIDS sebaiknya tidak hamil guna menghindari transmisi virus HIV ke anaknya.
Setelah diketahui cara transmisi virus HIV, lalu apa yang harus dilakukan? Karena belum ada obat yang tepat untuk HIV/AIDS maka tidak ada cara lain kecuali melalui pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan menghindari perilaku seks yang dapat menyebabkan menularnya virus HIV, atau menggunakan kondom yang berkualitas jika terpaksa melakukan hubungan seks.
Tetapi pencegahan menularnya virus HIV tidak cukup hanya dengan mengandalkan kondom saja, karena menurut penelitian kondom hanya dapat mengurangi laju penularan HIV sebesar 80% saja (Jurnal Nasional : 2009). Artinya kondom dapat bocor, sehingga dapat ditembus oleh virus HIV. Bahkan sejak tahun 2005 sudah ada peringatan dari Food and Drug Administration (FDA) bahwa kondom hanya sedikit efektif mencegah penyebaran penyakit seksual menular seperti virus AIDS, berarti kondom itu penetrasi sperma bukan penetrasi virus AIDS. Menurut laporan majalah Customer Reports menyatakan pori-pori pada kondom yang dilihat dengan Mikroskop Elektron 10 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan virus HIV.
Ketidak setujuan penggunaan kondom juga dikemukakan oleh beberapa pihak. Paus Benedict XVI menyatakan bahwa distribusi kondom tidak akan menyelesaikan masalah. Kampanye untuk tidak berganti-ganti pasangan dan praktek seks yang lebih aman lebih perlu dilakukan dari pada kondom. Tokoh lain adalah Prof. Dadang Hawari, seorang tokoh muslim juga mengatakan bahwa kondom tak bisa mencegah transmisi virus HIV. Terlepas dari bukti-bukti ilmiah mapun himbauan dari tokoh-tokoh agama, yang jelas bahwa transmisi virus HIV harus dicegah, kalau tidak tentu resiko besar akan mengancam bangsa ini.
Sehubungan dengan resiko yang sangat berbahaya dari HIV/AIDS ini maka masyarakat haruslah mendapat informasi yang jelas tentang cara pencegahan menularnya virus ini. Pemerintah dan LSM yang peduli akan bahaya AIDS dapat meningkatkan kegiatannya untuk memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat. Informasi yang salah dapat mengakibatkan bertambah luasnya penularan virus ini. Dan yang lebih penting adalah informasi ini langsung menyentuh objek yang dituju. Seperti yang telah dilakukan oleh Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Propinsi Papua. KPA Papua telah mengadakan pelatihan penyegaran akselerasi program komprehensif pencegahan HIV melalui transmisi seksual.
Contoh informasi sederhana yang harus diperoleh masyarakat adalah tidak setiap transmisi seksual dapat menularkan virus HIV. Virus HIV tidak menular melalui bersalaman, makanan, penggunaan uang dan koin, toilet, pekerjaan, taksi atau bus umum, donor darah, telepon umum, ciuman, sendok dan garfu, shower, rumah sakit, sekolah, pemandian umum, bertemu teman, minum di kafe, renang atau senam, bioskop, kontak biasa dengan orang, dan opening doors. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan sehari-hari tidak menyebabkan virus HIV dapat menular.
Cara lain untuk menyebarluaskan informasi tentang transmisi HIV/AIDS dan bahayanya ini adalah melalui siswa di sekolah-sekolah. Barangkali kegiatan ini bisa dijadikan salah satu program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Selain siswa menerima penyuluhan dari petugas, siswa bisa juga membentuk Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkotika (KSPAN). Mereka mempelajari, memahami dan menginformasikan kepada teman-temannya tentang bahaya HIV/AIDS dan pencegahannya. Alasannya, mereka adalah remaja, maka yang mengerti bahasa remaja adalah remaja itu sendiri, sehingga mengurangi mitos dan informasi yang keliru yang sering diperoleh kaum remaja. Kemudian remaja lebih terbuka sesama temannya dibandingkan kepada orang tuanya.
Cara remaja menginformasikan bahaya HIV/AIDS tentu saja berbeda dengan orang dewasa. Misalnya remaja sangat dekat dengan musik. Barangkali dalam tema-tema lagu remaja diselipkan himbauan tentang bahaya HIV/AIDS, sehingga tanpa mereka sadari mereka adalah agen dalam pencegahan menularnya virus HIV. Diharapkan fans-fans mereka akan mengikuti tokoh musisinya yang menjauhi kebiasaan buruk yang menyebabkan menularnya virus HIV.
Akhirnya, transmisi seksual yang terkendali akan dapat mencegah penularan virus HIV/AIDS. Lakukanlah seks yang aman dengan pasangan setia suami atau isteri yang sah, tidak berganti-ganti pasangan, bila perlu gunakan kondom, patuhilah norma agama dan norma masyarakat. Dengan demikian, maka generasi bangsa ini akan terhindar dari kehancuran karena virus HIV/AIDS.
)* DIWARMAN, S.Pd, M.Si
Guru SMAN 2 Batusangkar
Jalan Raya Pintu Rayo-Saruaso Barat-Batusangkar-Sumatera Barat
Phone 0752 574 775 (sekolah) -0752 73768 (home) HP 0813 74 04 3398
dewe_diwarman@yahoo.com Rekening BRI : 0169-01-012303-50-7